Wednesday, February 23, 2011

Istana Ratu Luwu We Kambo Daeng Risompa di Palopo 1930-an

Jejak Bugis Makassar di Tanah Jawa

,
Jejak Bugis Makassar di Tanah Jawa Sejarah etnis Bugis Makassar dan Jawa memiliki pertautan, darah Bugis Makassar yang mengalir dalam tubuh Dr.Wahidin Sudirohusodo, pelopor Budi Utomo, adalah fakta bahwa betapa etnis Bugis Makassar yang tersohor sebagai pelaut ulung sekaligus perantau ulung telah melahirkan tokoh yang berperan dalam sejarah berdirinya bangsa Indonesia. Pendapat yang selama ini berkembang bahwa bangsa Indonesia lahir berkat perjuangan etnis tertentu adalah keliru, melainkan bangsa ini lahir dari pergolakan multietnis yang tersebar di seluruh nusantara.

Penelusuran genetis DR.Wahidin Sudirohusodo berawal pada bangsawan Bugis Makassar, Karaeng Daeng Naba yang mengembara ke Jawa setelah Kerajaan Gowa takluk pada Kompeni Belanda di tahun 1669. Di Jawa, Daeng Naba terlibat dalam intrik perebutan kekuasaan antara Trunajaya melawan Mataram, yang mengantarkan Daeng Naba pada posisi negosiator antara pasukan Trunajaya, Madura, dan Karaeng Galesong. Daeng Naba mengupayakan agar di medan pertempuran nanti pasukan Trunajaya, Madura, dan Karaeng Galesong tidak berhadapan dengan pasukan Mataram melainkan berhadapan dengan pasukan kompeni. Adegan negosiasi ini, disaksikan dalam film epik Diaspora Bugis Makassar dan Kebangkitan Nasional (DBMKN), produksi Masyarakat Sejarawan Indonesia dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, film berdurasi 23 menit ini berusaha merekam jejak Bugis Makassar di tanah Jawa melalui karakter Karaeng Dg.Naba dan Karaeng Galesong. Pemutaran DBMKN berlangsung di Ruang Rapat A, Gedung Rektorat Unhas pada Rabu (27/05), disaksikan sejumlah wartawan media cetak dan elektronik di Makassar. Kepala Badan Sensor Film Indonesia (BSFI), DR. Mukhlis Paeni pada kesempatan diskusi setelah pemutaran film menyampaikan, Saat ini kita berada dalam era industri budaya yang menempatkan budaya sebagai deposit yang bisa dikembangkan dan meningkatkan kesejahteraan dengan mengangkat tema lokal ke layar lebar. Mukhlis menambahkan mengangkat tema lokal ke layar lebar akan lebih menarik dinikmati oleh generasi muda, mengingat adanya kecenderungan generasi muda yang enggan mentradisikan budaya membaca. Bugis Makassar sendiri memiliki beragam tema lokal yang menarik diangkat ke layar lebar, baik kisah kepahlawanan, asmara, hingga tema horor yang banyak meramaikan industri perfilman Indonesia. (Nia K.)
Sumber : Website Universitas Hasanuddin

.