Dahulu kala hiduplah seorang wanita dengan dua orang anaknya, dia hanya
tinggal bertiga karena suaminya telah tiada. Kedua anaknya diberi nama,
sang kakak bernama La Nturungkoleo dan sang adik bernama La Mbata-mbata .
Mereka hidup dalam kemiskinan, dan sangat memprihatinkan, untuk makan
sehari-hari begitu susahnya, akan tetapi namanya seorang ibu tidak ingin
melihat anaknya menderita dan mati kelaparan. Si Ibu berusaha
mati-matian untuk membahagiakan kedua putranya, karena di daerah kami
seorang anak laki-laki mempunyai panggilan khusus yaitu dipanggil dengan
awalan LA, misalnya LA ANDI, begitu pula dengan perempuan dipanggil
dengan awalan WA misalnya WA ENI.
Lanjut…….suatu hari kedua anaknya merintih ingin makan ikan, dan
merengek pada ibunya untuk mencarikan ikan untuk mereka, maka si Ibu
berangkatlah ke laut untuk mencari ikan, dan kepergiannya itu membuatnya
untuk pergi dan tidak kembali lagi, konon si Ibu telah menjadi seekor
duyung, yang dikenal dengan sebutan WA NDIU-NDIU, setiap hari kedua anak
itu pergi ke laut menanti ibunya untuk kembali pada mereka, akan tetapi
takdir berkata lain ibunya telah pergi dan takan pernah kembali,
menyesalah kedua anaknya, gara-gara ingin makan ikan membuat ibunya
pergi untuk selamanya, maka tinggalah mereka berdua sebatang kara di
dunia ini.
Setiap kali kedua anak itu ketepi laut, mereka sering bernyanyi untuk
menghibur diri mereka, dan berharap si Ibu mendengarkan dan mau kembali
ke daratan, berikut penggalan lagunya :
“Wa Ina Wa ndiu-ndiu maipa susu andiku, andiku La Mbata-mbata, wa kaaku La Ntrungkoleo”
(Wahai mamaku si ikan duyung, marilah susuin adikku, adikku La mbata-mbata, kakakku La nturungkoleo)
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari penggalan cerita rakyat di atas,
yaitu kita harus senatiasa berbakti kepada kedua orang tua kita,
terutama ibu, yang telah melahirkan dan merawat kita dengan penuh kasih
sayang, dan mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan oleh Yang Maha
Kuasa…..